Jangan kita hidup dari opini orang! Jangan kita hidup karena kata orang! Jangan
kita hidup karena pujian orang! Jangan cari pujian dunia, tetapi cari pujian
dari Allah. Dunia akan menuntut kita memenuhi standart-standartnya
dengan tekanan-tekanannya.
Dalam hidup maupun dalam pelayanan hendaknya kita dapat mencontoh Tuhan
Yesus sendiri ataupun: “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.” (Yoh 5:41)
dan Rasul Paulus: “Karena kami tidak pernah bermulut manis – hal itu kamu ketahui – dan
tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi – Allah adalah saksi – juga
tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari
orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul
Kristus.” 1 Thes2:5-6.
Oleh keran itu kita harus kuat di dalam Tuhan!
1.
Hendaklah kita kuat di dalam Tuhan - Dialah
menjadi sumber kekuatan kita semua. Hal ini kita perlukan agar tidak hanyut -
dapat menetapkan boundary - batasan, dapat mengatakan tidak terhadap apa yang
tidak kita inginkan - dan mengatakan iya dengan tegas apa yang kita rasakan
benar sesuai Firman.
2.
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku,
kota bentengku, aku tidak akan goyah (Maz 62:7). Sembuh dari kekosongan jiwa - selesai dengan
diri sendiri - dapat mengatasi kebutuhan dan keinginan dipuji manusia. Jawab Yesus kepadanya: ”Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, Jawab Yesus kepadanya:
”Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air
yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.
Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam
dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal”. (Yoh
4:13-14)
3.
Mencari Pujian dari Tuhan, memikirkan apa yang
dipikirkanNya. “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang
memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,
yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah “ (Ibran
12:2).
4.
Setiap murid Kristus harus membangun prinsip
yang kokoh dan menjadi dewasa rohani, bukan kata orang akan tetapi hasil sebuah
pemuridan langsung dari Allah. “…..
sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa
angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” (Ef 4: 14-15).