Apa Prinsip Alkitabiahnya Untuk Dapat Memaafkan dan
Melupakan?
“Kita dapat memilih untuk
memaafkan orang yang telah menyakiti kita dan tidak membiarkan ingatan mengendalikan hidup kita. Dalam pengertian
itu, kita bisa memaafkan dan melupakan.”
“Sejauh timur dari barat, demikian
dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” (Mazmur 103:12).
Kita mendengar istilah, memaafkan dan melupakan, tetapi bagaimana kita
bisa melupakan? Tidakkah anda berharap ada tombol hapus di otak kita?
Ada dunia yang terluka dalam keluarga di mana saya tumbuh dewasa. Ketika
saya menjadi seorang Kristen, ada dunia pengampunan yang perlu terjadi. Butuh
beberapa waktu, namun akhirnya saya memaafkan ayah saya untuk semua hal yang
dia lakukan. Namun, setiap kali saya mengingat lagi apa yang telah dilakukan
dan bagaimana hal itu dilakukannya, saya merasakan sakit hati lagi. Saya
bertanya-tanya, "Apakah saya sudah benar-benar memaafkannya jika saya
tidak bisa melupakan rasa sakitnya?" Jawabannya iya.
Kunci untuk memahami “melupakan” secara Alkitabiah terletak pada cara
Tuhan “melupakan dosa-dosa kita dan tidak mengingatnya lagi” (Yeremia 31:34).
Pernahkah anda bertanya-tanya, bagaimana Tuhan yang mahatahu yang mengetahui
segala sesuatu sepanjang waktu "melupakan" apa pun atau "mengingat"
apa pun? Pertimbangkan ayat-ayat berikut ini:
• “Allah mengingat Nuh” (Kejadian 8:1).
• “Allah mengingat Abraham” (Kejadian 19:29).
• “Allah mengingat Rahel” (Kejadian 30:22).
Dalam setiap kejadian, Tuhan mengingat seseorang berarti Dia akan melakukan
sesuatu — Dia akan bertindak atas nama mereka. Jika Tuhan mengingat berarti Dia akan bertindak, dan jika Tuhan
melupakan berarti Dia tidak akan bertindak. Ketika Tuhan melupakan dosa-dosa
kita, Dia memilih untuk tidak bertindak dengan menghukum kita. Meskipun
kita tidak dapat melupakan luka masa lalu kita, kita dapat memilih untuk tidak
bertindak untuk itu. Kita dapat memilih
untuk memaafkan orang yang telah menyakiti kita dan tidak membiarkan ingatan
mengendalikan hidup kita. Dalam pengertian itu, kita bisa memaafkan dan
melupakan.
Paulus menulis, “Tetapi satu hal
yang saya lakukan: Melupakan apa yang
telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku…”
(Filipi 3:13). Apa yang harus Paulus lupakan? Dia telah dipukul secara tidak
adil dengan tongkat, didera dengan cambuk, dilempari dengan batu, dikurung di
penjara, dianiaya oleh sesama orang Yahudi, dan diancam oleh orang bukan Yahudi
yang dia coba bantu. Dia sering pergi tanpa makanan, tanpa pakaian, dan tanpa
bantal untuk meletakkan kepalanya (2 Korintus 11: 23-29). Ini jauh lebih buruk
daripada seseorang yang menyakiti perasaanmu. Namun, Paulus pada dasarnya
berkata, "Saya membiarkannya berlalu sehingga saya bisa beralih ke sesuatu
yang lebih baik."
Ketika Paulus berbicara tentang "melupakan apa yang ada di belakang", dia tidak bermaksud bahwa dia menghapus masa lalu dari ingatannya.
Sebaliknya, dia secara sadar menolak untuk membiarkan [masa lalu] menyerap
perhatiannya dan menghambat kemajuannya. Dia tidak membiarkan masa lalu
melumpuhkan potensinya untuk masa depan. Bahkan, dia menggunakan masa lalu
untuk membakar imannya saat dia bergerak menuju apa yang terbentang di depan.
Ya, saya ingat luka dari masa lalu saya, tetapi saya dapat dengan jujur
mengatakan bahwa saya tidak lagi bertindak berdasarkan itu. Ketika saya ingat,
saya tidak merasakan kebencian, kepahitan, atau malu atas tahun-tahun awal
saya. Masa lalu saya mungkin mewarnai masa kini saya, tetapi tidak lagi
mengendalikannya. Karena ingatan memiliki kekuatan yang sangat kecil atas
tindakan dan emosi saya akhir-akhir ini, hal itu lebih jarang muncul ke
permukaan. Inilah cara saya “melupakan” apa yang ada di belakang dan mengingat
bagaimana Tuhan telah menebus kisah saya pada saat yang bersamaan. Bagaimana
jika babak terburuk anda bisa menjadi kemenangan terbesar anda? Percayalah pada
kasih Tuhan untuk menyembuhkan hatimu yang terluka.
“Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab
kepada-Mulah aku percaya” (Mazmur 143: 8).
Doa
“Tuhan, aku tahu aku tidak bisa
menghapus luka dari ingatanku, namun aku bisa menghapus kepahitan dari hatiku.
Bantulah aku untuk melihat rasa sakitku sebagai kesempatan untuk tumbuh lebih
baik bukan lebih pahit. Dalam nama Yesus, amin.”
Oleh Wisdom Hunters – Terj.: Hardi Mega